As Above, So Below memperkenalkan kita dengan alchemist
cantik, Scarlett Marlowe (Perdita Weeks) di dalam lorong-lorong gua bawah tanah
Iran untuk melanjutkan pekerjaan mendiang ayahnya dalam mencari Rose Key;
Sebuah artefak kuno yang dapat menuntun Scarlett untuk menemukan philosoper’s
stone milik alchemist legendaries dari Prancis, Nicholas Flamel, yang dipercaya
bisa memberikan kehidupan abadi bagi yang memiliki batu itu.
Dipenuhi ambisi yang besar, Scarlet membawa serta timnya,
diantaranya George (Ben Feldman), kameramen Benji (Edwin Hodge), untuk
menelusuri lorong-lorong bawah tanah kota Paris yang berusia enam abad. Ia pun
meminta bantuan Papillon (Francois Civil), penjelajah terowongan yang
berpengalaman untuk ikut serta dalam petualangannya.
Hampir tiap tahun kita disodori banyak mocku horror yang
berseliweran tanpa ada sesuatu yang baru. Setelah Paranormal Activity yang
sukses besar menakut-nakuti penontonnya, banyak bermunculan film-film sejenis
bergaya found footage yang seolah hanya menjiplak satu sama lainnya tanpa
berusaha memberikan sentuhan yang berbeda. Hanya sekedar polesan disana-sini.
As Above, So Below muncul dengan inovasi yang patut diacungi
jempol. Dengan setting lorong bawah tanah yang sempit, mereka dihadapkan dengan
ketakutan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Sutradara John Erick
Dowdle bersama saudaranya, Drew Dowdle, berhasil membuat sajian horor found
footage dengan set meyakinkan, premis yang apik serta didukung studio besar
Legendary. Melihat para karakternya merangkak, menyusup di antara celah-celah
batu yang sempit, di mana dinding dan tanah yang dipijak bisa saja roboh setiap
saat, benar-benar memberikan aura kengerian dan rasa sesak yang menjalari
penontonnya, apalagi bagi mereka yang phobia dengan tempat sempit.
Cerita pun menjadi semakin berat dengan semakin dalamnya
mereka memasuki perut bumi. Segalanya menjadi semakin menyeramkan dengan
dimasukkannya unsur-unsur mitologi, sihir, supranatural, dan teori tentang
iblis dan neraka. Meracuni sisi psikologis karakternya satu per satu dengan
rasa kecemasan, ketakutan luar biasa dan dosa masa lalu mereka yang menghantui
langkah kaki mereka yang semakin dalam menelusuri lorong sempit yang seolah
tanpa ujung.
As Above, So Below berhasil memaksimalkan sisi teknisnya.
Dengan penggunaan banyak kamera yang menambah variasi sudut pandang para karakternya,
penataan cahaya yang minim, dialog yang natural, memberikan efek kejut dan
ngeri kepada penontonnya, seolah kita ikut bersama mereka di gelapnya lorong
bawah tanah. Menjadikannya sebagai mocku horror
terbaik tahun ini.