Sabtu, 29 November 2014

As Above, So Below (2014) – Klaustrofobik Mocku


As Above, So Below memperkenalkan kita dengan alchemist cantik, Scarlett Marlowe (Perdita Weeks) di dalam lorong-lorong gua bawah tanah Iran untuk melanjutkan pekerjaan mendiang ayahnya dalam mencari Rose Key; Sebuah artefak kuno yang dapat menuntun Scarlett untuk menemukan philosoper’s stone milik alchemist legendaries dari Prancis, Nicholas Flamel, yang dipercaya bisa memberikan kehidupan abadi bagi yang memiliki batu itu.

Dipenuhi ambisi yang besar, Scarlet membawa serta timnya, diantaranya George (Ben Feldman), kameramen Benji (Edwin Hodge), untuk menelusuri lorong-lorong bawah tanah kota Paris yang berusia enam abad. Ia pun meminta bantuan Papillon (Francois Civil), penjelajah terowongan yang berpengalaman untuk ikut serta dalam petualangannya.

Hampir tiap tahun kita disodori banyak mocku horror yang berseliweran tanpa ada sesuatu yang baru. Setelah Paranormal Activity yang sukses besar menakut-nakuti penontonnya, banyak bermunculan film-film sejenis bergaya found footage yang seolah hanya menjiplak satu sama lainnya tanpa berusaha memberikan sentuhan yang berbeda. Hanya sekedar polesan disana-sini.

As Above, So Below muncul dengan inovasi yang patut diacungi jempol. Dengan setting lorong bawah tanah yang sempit, mereka dihadapkan dengan ketakutan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Sutradara John Erick Dowdle bersama saudaranya, Drew Dowdle, berhasil membuat sajian horor found footage dengan set meyakinkan, premis yang apik serta didukung studio besar Legendary. Melihat para karakternya merangkak, menyusup di antara celah-celah batu yang sempit, di mana dinding dan tanah yang dipijak bisa saja roboh setiap saat, benar-benar memberikan aura kengerian dan rasa sesak yang menjalari penontonnya, apalagi bagi mereka yang phobia dengan tempat sempit.

Cerita pun menjadi semakin berat dengan semakin dalamnya mereka memasuki perut bumi. Segalanya menjadi semakin menyeramkan dengan dimasukkannya unsur-unsur mitologi, sihir, supranatural, dan teori tentang iblis dan neraka. Meracuni sisi psikologis karakternya satu per satu dengan rasa kecemasan, ketakutan luar biasa dan dosa masa lalu mereka yang menghantui langkah kaki mereka yang semakin dalam menelusuri lorong sempit yang seolah tanpa ujung.

As Above, So Below berhasil memaksimalkan sisi teknisnya. Dengan penggunaan banyak kamera yang menambah variasi sudut pandang para karakternya, penataan cahaya yang minim, dialog yang natural, memberikan efek kejut dan ngeri kepada penontonnya, seolah kita ikut bersama mereka di gelapnya lorong bawah tanah. Menjadikannya sebagai  mocku horror terbaik tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar